Rabu, 27 Juli 2011

THE POWER OF POSITIVE THINKING 


Adakalanya ada hal-hal penting dibalik apa yang menurut kita merupakan bencana atau tragedi. Tetapi orang bijak mengatakan justru ini merupakan hikmah tersembunyi, yang orang-orang modern menyebutnya sebagai blessing in disguise. Sungguh, ada banyak hikmah itu disekitar kita. Kita bisa menemukannya dengan mudah kalau kita menggunakan mata hati atau mata batin.
Selalu saja ada hal positif (kebaikan) dibalik apa yang menurut nalar dan pengetahuan manusia disebut sebagai bencana. Oleh karena itu, jangan terburu buru untuk berburuk sangka atas apa yang telah menimpa kita. Ya, jangan berprasangka buruk kepada siapapun! Apalagi kepada Allah swt.
Bagaimana sekiranya tidak ada kebaikan yang bisa kita temukan dalam sebuah “bencana”???  siapa bilang tidak ada? Tetap ada, minimal kita bisa mengambil ibrah atau pelajaran agar menjadi lebih baik.
Dalam krisis ekonomi yang pernah menghantam Indonesia pada akhir 90-an. Ternyata malah melahirkan banyak pengusaha muda. Ya, kondisi yang tidak menentu tersebut memaksa banyak orang untuk berfikir dan bertindak kreatif. Akhirnya, mereka menjadi apa yang sesungguhnya tak pernah mereka bayangkan sebelumnya, yaitu memperoleh kesuksesan lebih cepat. Itulah hikmahnya. Inilah blessing in disguise tersebut.
Lho. Mengapa hanya segelintir orang yang sukses? Kenapa tidak semuanya? Ingat, blessing in disguise tidak bisa ditunggu. Dibiarkan berlalu begitu saja. Tetapi ia disikapi dengan langkah nyata agar benar-benar  menjadi hikmah yang sebenarnya.
Mereka yang sukses, yang berhasil keluar dari kemelut, bencana, tragedi atau apapun namanya adalah mereka yang menjadikan itu semua sebagai faktor pendorong dalam hidupnya. Tanpa memiliki faktor pendorong, entah itu diciptakan sendiri atau menunggu hingga datang kesempitan atau kepepet maka kehidupannya hanya berjalan ditempat. Stagnan!
Memang terkadang kita menerima paket “kejutan-kejutan” untuk mengetahui apakah kita masih bisa “terkejut” dan layak disebut sebagai manusia hidup. Ini seperti halnya orang yang koma dan diberi gelombang kejut oleh dokter dirumah sakit untuk memastikan bahwa dia masih hidup atau tidak.
Meski hidup itu sulit, tetapi selalu ada jalan keluar bagi mereka yang betul-betul berjuang menaklukannya. Sebuah pepatah mengatakan, “bahwa dalam awan yang tebal, selalu ada sepotong garis sinar terang.” Manusia diberi Allah swt akal, yang dengannya ia bisa berfikir, lalu menjadi pandai. Tetapi, pada situasi tertentu, kafasitas pandai saja tidak cukup. Ia harus ditingkatkan menjadi cerdik alias banyak akal. Kategori yang terakhir inilah yang erat terkait dengan daya bertahan (survival) seseorang atau suatu bangsa.
Cerdik tidaklah sama dengan licik, karena licik hubungannya dengan cara memperdaya seseorang, sedangkan cerdik lebih kearah mengatasi persoalan yang ada secara jitu, efektif, dan efisien. Lebih lanjut, seorang teman mengatakan bahwa cerdik itu adalah seni mendapatkan banyak akal dan memanfaatkannya, sedangkan licik lebih bersifat akal-akalan yang nakal.
Kecerdikan bisa diperoleh manakala kita mempunyai banyak sudut pandang dalam kehidupan ini. Kita tidak melihat suatu persoalan yang muncul hanya dari satu sisi. Orang cerdik mengutamakan berfikir lateral daripada berfikir linier. Satu persoalan yang bagi banyak orang telah mentok, no way out, alias buntu, bagi orang cerdik, bisa dicarikan jalan keluarnya.
 Jangan lupa, kecerdikan juga terkait erat dengan semangat dalam jiwa seseorang, yaitu semangat untuki tidak gampang menyerah. Jangan heran, kita tak akan pernah melihat suatu kecerdikan yang melekat pada diri orang-orang yang loyo, lembek dan suka mengeluh, sebab sifat negatif ini semua merupakan penutup tebal yang ampuh menghalangi potensi kecerdikan kita untuk muncul kepermukaan.
Ingat, tantangan didepan selalu tidak lebih mudah dari hari ini. Oleh karenanya, bersikaplah positif, cerdiklah, semangatlah, dan jangan mudah menyerah.
***
Orang yang mampu menguasai pikirannya akan menguasai apapun yang menjadi haknya
                                          ***