Kamis, 05 Januari 2012


SI LEBAY YANG BEDA
Istilah lebay sebenarnya muncul dikalangan remaja untuk menyatakan “sesuatu yang berlebihan ; kampungan “. Beny dan Mice dalam 100 tokoh mewarnai jakarta mengungkapkan bahwa anak gaul (lebay) itu ciri-cirinya adalah : (1) model rambut berubah-ubah tidak karuan mengikuti model, (2) selalu pegang mp3 player made in china berisi lagu-lagu dalam negeri seperti : ungu, radja, samson, nidji, dll. Dan mengisi lagunya di konter2 hp, (3) menggunakan celana dalam boxer yang sengaja diperlihatkan; sudah agak dekil, (4) menggunakan celana hyperster melorot bagian atas dan ketat dibagian bawah; diameter kurang lebih 15 cm dan agak repot kalo buang air besar, (5) mengenakan t shirt junkiest merek skater palsu, (6) jam tangan puma palsu buatan china harga 30 ribu. Masih ada ciri lainnya, yaitu (7) hp beli second, dan (8) bersandal casual merk converse asli, hasil ngumpulin uang angpau lebaran.
Ada pula yang menambahkan, anak lebay bila berpose selalu memonyongkan mulutnya.
Tidak ada yang salah dengan anak lebay, itu hanya gaya hidup/ life style anak sesuai zamannya. Hanya, bila ada remaja tidak seperti itu paling banter dicap “ nggak gaul “. Persoalannya kemudian adalah, apakah si lebay ini penyandang lemot, telmi, selalu bete, geje (gak jelas, sekolah/kuliah tidak, kerja pun tidak) atau sebaliknya.
Si lebay juga adalah anak dari orangtuanya. Sebagai anak, si lebay dilahirkan bukan untuk disia-siakan. Ia dirawat, diasuh, diberi kecukupan sandang, pangan dan pendidikan. Tidak masalah ia diberi merk lebay kalau itu hanyalah gaya hidup. Sepanjang ia tahu bahwa saat ini dia hidup di medan yang penuh jebakan, perangkap, retakan, patahan, yg oleh Rhenald Kasali disebut sebagai Cracking Zone.
Dapatkah si lebay menggapai sukses karena kesuksesan yang ingin dicapai harus melewati  zona yang penuh dengan retakan dan jebakan. Yang pandai akan lolos. yang lalai, akan terjebak, terperangkap, dan hidup sia-sia.
Bagaimana caranya agar si lebay itu dapat lolos dari jebakan itu??? Syaratnya tidak terlalu rumit. Bukan modal yang besar. Karena modal itu akan mengalir dengan sendirinya. Bukan pula skill, karna skill itu dapat diperoleh melalui latihan yang terus menerus dan tekun. Syaratnya adalah, si lebay harus bisa menjadi pribadi yang tangguh.
Pribadi yang tangguh itu adalah pribadi yang memiliki kekayaan yang tidak berwujud; intangible, antara lain : jujur, pekerja keras, disiplin, rajin belajar dan berlatih, pandai bergaul, bisa bekerjasama, menghormati orangtua dan guru, serta selalu bersyukur.
Dengan intangible seperti itulah si lebay akan menjadi pribadi yang tangguh, yaitu pribadi mampu mengatasi himpitan hidup dengan mudah dan tidak akan terbelenggu dengan hal-hal sepele. Dengan kekayaan nirwujud itulah si lebay dapat segera bangkit dari kemalangan dan terhindar dari kehidupan yang merana tanpa pertolongan dan harapan. Itulah kekuatan si lebay, modal si lebay yang harus terus diasah agar menjadi tabiat, perilaku, karakter, ruh dan nafas si lebay agar ia menjadi pribadi tangguh, ulet, bermental baja dan tahan banting.
                                                                                
Kisah si Inur
Inur, aslinya bernama Nurdin Al Banjari. Kalau dilihat dari tampilan, luarnya memang patut dicap anak gaul yang lebay. Sebagian dari ciri anak lebay memang melekat pada dirinya. Lihat saja, (1)model rambut berubah-ubah gak karuan ngikutin model. (2) selalu pegang mp3 player made in china berisi lagu2 dalam negeri. (3) menggunakan celana dalam boxer yang sudah agak dekil. Hanya ciri (4) celana hyperster melorot bagian atas dan ketat bagian bawah dan t shirt junkies merk skater palsu yg tidak ia gunakan. Ia lebih senang memakai celana dan baju longgar, dingin katanya.
Akan tetapi ia memang menggunakan ciri (6) jam tangan puma palsu buatan china harga 30 ribuan dan (7) hape beli second. Itulah kemampuannya. Karena mahasiswa, ia tidak cocok dgn merk (8) bersandal casual merk converse, karena inur harus bersepatu sebab ia kuliah dan termasuk mahasiswa cerdas.
Tampilan boleh ‘kampungan’ kata inur, karna ia memang orang kampung, berasal dari kampung. Tapi soal otak dan kepribadian ia ‘bukan kampungan’. Itulah sebabnya ia bisa membaca tanda-tanda perubahan. Ia mampu mencermati kelahiran kedai kopi starbucks, kedai burger siap saji mc donald. Setelah sebelumnya lahir ayam goreng kentucky, texas, california, dan sebagainya.
Inur juga mencermati ketika ada maskapai penerbangan berbiaya rendah. Dari balikpapan ke jakarta hanya 199 ribu, tapi dilain waktu tarifnya Rp 2 juta,itupun habis terjual.
Belum selesai era telepon otomatis, muncul telepon selular dan nyaris setiap bulan disaksikannya perubahan dramatis. Kini telah hadir 180 juta ponsel dan 50 persen diantaranya telepon cerdas yang bisa mengakses internet. Jejaring sosial telah mengubah bisnis iklan, bisnis wartel bahkan tenggelam, warnet pun porak poranda, toko online pun tumbuh bak jamur dimusim hujan, pasar tradisional pun terancam.
Perubahan lingkungan juga penuh kejutan karena hadirnya bak sekejap.bukankah hanya dengan 500 ribu orang bisa membawa pulang sepedamotor? Kredit tidak harus perbulan tapi juga harian. Bukankah di era si lebay ini, pertumbuhan kendaraan membawa dampak yang konsekwensinya belum siap di tanggung ‘jalanan’. Lihatlah betapa jalan-jalan penuh sesak.
Persoalannya kemudian, dimanakah Inur si lebay dan sadarkah ia bahwa kaltim bagai gula yang semakin anggun dan jadi rebutan pencari rezeki. Mulai dari Broker, investor, kontraktor, samapi dengan saudara-saudara kita yang kurang beruntung di daerahnya. Sebagian dari mereka yang terakhir ini bermodal skill dan karakter pekerja keras. Sebagian lagi bermodal nekad.
Inur mencermati semua itu, maka ia memilih jalannya sendiri. Ia tidak ikut demo dan aksi seperti temannya yang setiap tampil sebagai ‘pahlawan ‘ tapi dicaci maki sopir taksi karena membikin macet jalan. Inur menyingsingkan lengan bajunya dengan sebuah compressor dan alat seadanya, ia benamkan dirinya diperempatan jalan. Nun, dipojok sana, ia membuka bengkel tambal ban sepeda motor. Itulah ia dapat duit. Sebagian untuk ‘nampang sebagai anak gaul’ dengan ciri-cirinya itu, sebagian lagi untuk modalnya kuliah.bagi inur, mencari rezeki dan menuntut ilmu, sama pentingnya.
(espernyata, tribun kaltim)