Minggu, 20 Februari 2011

berbagi tulisan tentang pendidikan kepada anak (part 1)



Kunci sukses Komunikasi Bawah sadar Orangtua Kepada Anak. ( I )

Pembelajaran Dimulai Sejak Dini
                            
Dewasa ini sangat banyak berita yang menceritakan bagaimana kelakuan anak-anak zaman sekarang yang sudah tidak lagi perdulikan penghormatan kepada orang tuanya. Bagi mereka, urusan anak bukanlah urusan orangtua dan sebaliknya. Proses tumbuh kembang sudah tidak terkendalikan lagi. Pergaulan bebas dan tawuran, telah marak terjadi pada usia dini.  Kaidah-kaidah moral sudah tidak di pedulikan lagi oleh anak-anak. Namun di sisi lain, anak-anak merupakan penerus generasi bangsa, yang jika tidak dibina dan di pupuk sejak dini maka bisa diprediksi kemana nasibnya bangsa kita kedepan.
Tayangan televisi yang mengangkat kisah realitas terkesan memberikan pelajaran “buruk” kepada pemirsanya. Hal itu di sebabkan banyak tayangan-tayangan yang mempertontonkan perbuatan “kurang ajar” kepada orang tuanya. Segala bentuk “makian”, “bentakan”, dan “kata-kata kotor” sudah menjadi hal biasa yang di ucapkan oleh seorang anak kepada orangtua. Padahal, setiap agama tentunya mengajarkan kesantunan kepada orangtua.
Proses membentengi anak dengan menghindari berbagai tayangan televisi yang merajalela, dari film, sinetron,layar lebar, maupun DVD, VCD dan internet – membutuhkan kerja ekstra bagi setiap orangtua untuk menyaring mana saja tayangan yang sebaiknya di tonton oleh anak-anaknya dan mana yang hendaknya di jauhkan.
Buku-buku yang mengajarkan buruknya moralitas anak kepada orangtua juga mudah di peroleh di berbagai toko buku.hal tersebut tidak bisa lagi di bendung dengan berbagai tuntutan, cekalan, atau keberatan seseorang terhadap setiap tayangan atau informasi yang di anggap menurunkan moral anak bangsa tersebut.
Hampir setiap anak bebas menonton setiap tayangan televisi tanpa adanya proses pendampingan kedua orangtua. Nasihat orangtua sudah tidak lagi “digubris” sebagai nasihat moral kepada anak-anaknya. Bahkan sikap, tingkah laku, dan kepribadian orangtua tidak bisa di jadikan panutan/suri tauladan bagi anak-anaknya.
Namun sebenarnya, semua itu bisa disikapi secara bijaksana. Proses tumbuh kembang anak merupakan kolaborasi antara kedua orangtua dengan anak-anaknya, dan kolaborasi tersebut bisa dimulai sejak anak berusia 0 tahun. Masa itulah yang merupakan fondasi bagi seorang anak untuk membekali dirinya dalam menyongsong dan menjalani kehidupan pada masa depan. Proses pembelajaran etika, value/nilai, kepribadian dan sikap perlu di tanamkan sedini mungkin. Dengan demikian, mereka benar-benar menjadi sosok penerus bangsa yang berprilaku dan berkepribadian luhur seperti apa yang diamanatkan oleh para pejuang negeri tercinta ini.
Dorothy Law nolte, dalam buku Children Learn What They live menjelaskan sebagai berikut ini :
·       Jika anak hidup dengan kecaman,  mereka belajar untuk mengutuk.
·       Jika anak hidup dengan permusuhan, mereka belajar untuk melawan.
·       Jika anak hidup dengan ketakutan, mereka belajar untuk menjadi memprihatinkan.
·       Jika anak-anak hidup dengan belas kasihan, mereka belajar untuk mengasihani diri sendiri.
·       Jika anak hidup dengan ejekan, mereka belajar untuk merasa malu.
·       Jika anak hidup dengan kecemburuan, mereka belajar untuk merasa iri.
·       Jika anak hidup dengan rasa malu, mereka belajar untuk merasa bersalah.
·       Jika anak hidup dengan dorongan, mereka belajar untuk percaya diri.
·       Jika anak-anak hidup dengan toleransi, mereka belajar kesabaran.
·       Jika anak hidup dengan pujian, mereka belajar apresiasi.
·       Jika anak-anak hidup dengan penerimaan, mereka belajar untuk mencintai.
·       Jika anak hidup dengan persetujuan, mereka belajar untuk menyukai diri mereka sendiri.
·       Jika anak-anak hidup dengan pengakuan, mereka itu baik untuk memiliki tujuan.
·       Jika anak hidup dengan berbagi, mereka belajar kemurahan hati.
·       Jika anak hidup dengan kejujuran, mereka belajar kejujuran.
·       Jika anak hidup dengan keadilan, mereka belajar keadilan.
·       Jika anak-anak hidup dengan kebaikan dan pertimbangan, mereka belajar menghormati.
·       Jika anak hidup dengan keamanan, mereka belajar untuk memiliki iman dalam diri mereka dan orang orang tentang mereka.
·       Jika anak hidup dengan persahabatan, mereka belajar bahwa dunia adalah tempat yang bagus untuk hidup.
                             
Masa keemasan anak

Anak-anak sering mengalami beberapa kelemahan dalam menangkap sebuah ide, informasi, perintah, dan nasihat yang akan ia serap dan lakukan. Namun sebenarnya, kemampuan menyerap segala informasi anak, sangatlah “luar biasa”. Hal itulah yang sering terlewatkan oleh para orangtua yang melupakan “masa-masa keemasan” anak.
Dalam buku How To Teach Baby To Read, Gland Doman menjelaskan bagaimana mengajarkan bayi anda membaca. Di sebutkan bahwa saat usia berkisar 0---6 tahun, anak memiliki kemampuan menyerap informasi yang luar biasa dan masa itulah masa yang paling sempurna untuk mulai proses pembelajaran. Namun secara realita, orangtua sering sibuk dengan urusan pekerjaannya.
Apalagi saat anak-anak masih kecil, orangtua masih mengejar “karier dan jabatan”, sampai menomorduakan anak. Padahal, saat-saat usia 0—6 tahun tersebut, anak sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang salam bentuk pelukan, sapaan, ciuman dan semacamnya.
Coba kita bayangkan, gambaran seorang anak yang mengiginkan ciuman dan pelukan dari kedua orangtuanya. Setelah seharian penuh bermain dengan pengasuh/baby sitter, seorang anak tentu menanti-nantikan kedatangan kedua orangtuanya dari aktifitas kerjanya pada sore hari menjelang malam. Namun, alangkah kecewanya hati sang anak ketika orangtuanya pulang ke rumah dengan kondisi lelah dan segera ingin istirahat. Keinginan anak untuk mendapatkan perhatian dari mereka, misalnya dengan mengajak bermain, disapa, dibelai, tidak sempat ia peroleh sama sekali. Terlebih lagi, hampir setiap hari kejadian tersebut berulang-ulang.
Biasanya, jika pada saat besar nanti, saat telah memperoleh karier dan jabatan yang tinggi, serta memiliki penghasilan besar, orangtua berusaha untuk membahagiakan anak-anaknya—atau dalam istilah singkatnya “mau bayar utang kasih sayangnya kepada anak yang tidak terbayar saat anaknya kecil”. Namun, sang anak sudah terlanjur memiliki memori negatif di fikiran bawah sadarnya. Terlebih lagi, kadang kala, didikan baby sitter—yang terkadang memiliki “pengaruh kurang baik” terhadap tumbuh kembang anak—membuat anak sulit diajak berkomunikasi oleh kedua orangtuanya.
Saat usia anak dia atas enam tahun, saat kedua orangtua ingin memeluk dan mencium, jangan heran jika anak sudah tidak mau lagi menerima bentuk kasih sayang seperti saat ia pernah jadi “dedek kecil”. Karena pada saat usia enam tahun keatas, “perasaan malu” anak mulai timbul. Jika ia masih diperlakukan seperti anak batita yang di “gandeng-gandeng” oleh orangtuanya, apalagi “dicium” pipinya di depan umum, bisa dipastikan ia akan mengalihkan perlakuan orangtuanya tersebut.
Jika sekarang anda termasuk dalam kategori yang di contohkan tersebut, sebagai orangtua, anda memerlukan kerja ekstra keras untuk melakukan “komunikasi bawah sadar”. Hal itu harus anda mulai dari sekarang. Namun, perlu dijadikan catatan bahwa, sikap tak acuh, memanjakan tanpa kasih sayang, egois, emosional perlu dihilangkan dalam hidup anda. Orang tua harus bisa menjadi teladan bagi anak-anaknya.

(hypnosis in teaching) note :nasihat untuk diriku sendiri. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar